Halaman

Senin, 26 September 2011

Mudik Bisa Menjadi Lahan Maut

Selepas bulan suci ramadhan, setelah satu bulan penuh berpuasa, seluruh umat muslim diseluruh penjuru dunia merayakan hari kemenangan yang bernama Idul Fitri. Pada hari raya idul fitri tersebut seluruh umat muslim diberi kesempatan untuk bersilaturahmi dengan tetangga, kerabat dan juga sanak saudara / keluarga untuk saling bermaaf-maafan, tentu momen sebagus ini tidak akan disia-siakan begitu saja oleh seluruh umat muslim, terutama umat muslim yang ada di Indonesia.

Mudik, itulah kata yang akrab kita dengar ketika orang perantau kembali kedaerah dimana dia dilahirkan atau orang tuanya tinggal. Masyarakat Indonesia tentu mengenal baik akan tradisi mudik ini, apalagi pemerintah Indonesia memberi kesempatan bagi masyarakatnya untuk mudik dengan cara memberikan hari libur yang cukup panjang pada hari raya idul fitri. Tidak hanya orang muslim, masyarakat non muslim-pun ada yang menggunakan waktu libur panjang tersebut untuk berekreasi atau bahkan ikut mudik layaknya orang muslim kebanyakan. Banyak orang yang mengatakan merayakan hari raya itu tidak lengkap rasanya jika tidak mudik, itu sebabnya banyak orang yang rela mengumpulkan banyak uang dalam waktu yang cukup lama untuk dihabiskan dalam waktu yang singkat didaerah dimana tujuan mudik mereka masing-masing.
Banyak cara yang ditempuh pemudik untuk sampai ketempat tujuannya, baik melalui jalur darat, laut bahkan udara dan dengan kendaraan pribadi ataupun dengan menggunakan sarana transportasi umum. Tidak lupa para pemudik membawa seluruh anggota keluarga mereka untuk ikut mudik bersama tanpa mementingkan umur, barang bawaan, kendaraan yang digunakan bahkan keselamatan mereka sendiri. Hal ini sungguh sangat berbahaya sekali bagi para pemudik pada saat perjalanan mudik, banyak kecelakaan yang terjadi pada saat perjalanan jika para pemudik tidak memperhatikan keselamatan diri mereka sendiri maupun orang lain. Setiap tahun jumlah kecelakaan meningkat pada saat arus mudik, angka kecelakaan terbanyak terjadi pada kendaraan pribadi yaitu sepeda motor dan juga mobil pribadi. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya persiapan mereka, kondisi badan yang kelelahan karena jarak yang ditempuh sangat jauh, barang bawaan atau muatan yang berlebihan dan lain sebagainya.




Salah satu contoh kasus kecelakaan yang terjadi pada saat arus mudik menimpa artis pedangdut Indonesia yakni Saipul Jamil, isterinya Virginia Anggraeni tewas pada kecelakaan tersebut, dan tragedi itu terjadi pada ruas tol Cipularang tepatnya pada KM 97. Lokasi ini memang sangat rawan sekali terjadi kecelakaan, karena biasanya di jalan tol itu jarang belokan atau tikungan, tapi di KM itu bukan hanya belokan tapi juga turunan. Lokasi tersebut akan sangat berbahaya dan akan berujung maut apabila pengemudi mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, sedangkan batas kecepatan aman pada lokasi tersebut adalah 100KM/jam. Kondisi akan semakin berbahaya bila tidak didukung dengan kondisi kendaraan dan pengemudi yang tidak fit dan ruas tol maut itu bisa menyebabkan kecelakaan hebat bila pengemudi tidak mahir. Dengan kecepatan tinggi, dengan sedikit belok saja ditambah instabilitas kendaraan maka berakibat fatal, apalagi bila perhatiannya terganggu sedikit.


Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada saat perjalanan mudik, berikut adalah beberapa tips yang patut kita perhatikan, berikut tipsnya :
1. Siapkan fisik yang sehat dan prima sebelum mudik
2. Periksa kelayakan kendaraan
3. Jangan lebihi muatan. Bawalah barang seperlunya dan sesuai dengan kapasitas kendaraan.
4. Saat mudik, untuk menghindari kelelahan, beristirahatlah selama 4 jam sekali.
5. Jangan memaksakan diri bila lelah atau mengantuk
6. Disiplin dalam mengemudi dan patuhilah rambu-rambu lalu lintas
7. Hindari obat-obatan atau minuman keras
8. Manfaatkan posko kesehatan yang tersedia
Selalu utamakan keselamatan dan semoga mudik kitapun menjadi mudik yang menyenangkan karena bisa berkunjung dan bertemu keluarga besar dengan keadaan sehat tanpa ada hal yang tidak kita diinginkan terjadi.

Rabu, 21 September 2011

Hal Terkait Mengenai Pemenggalan Kepala Patung Di Purwakarta


Dengan alasan bahwa patung yang didirikan oleh pemerintah Purwakarta tidak sesuai dengan identitas masyarakat setempat yang religius, sekelompok massa melakukan tindakan anarkis dengan menghancurkan patung-patung tokoh pewayangan.
Hal ini bukanlah kejadian pertama di Purwakarta, pada tahun lalu, menurut pemberitaan Kompas.com, sekelompak massa juga pernah menghancurkan patung Bima yang dibangun oleh pemkot Purwakarta.
Massa yang marah tersebut menggunakan tali, kapak serta palu menghancurkan patung-patung tersebut, bahkan mereka membakarnya.
Dalam sebuah percakapan, KH Abdullah Joban, ketua forum cabang Purwakarta, mendesak pihak administrasi untuk menghancurkan patung itu, dengan mengklaim bahwa “patung itu bertentangan dengan identitas islamik kota itu.”

Patung raksasa Bima itu berdiri di Jalan Baru di Nagri Kaler yang merupakan sub distrik Purwakarta. Dalam pernyataan resminya kepada pihak administrasi, Forum Ulama mengklaim bahwa patung Bima itu memberikan dampak negatif terhadap publik karena itu adalah sebuah imej dari figur yang hanya eksis dalam “keyakinan tahayul” masyarakat.

“Ini adalah sebuah cara untuk menghilangkan patung itu dari keyakinan tahayul. Dari sudut pandang ekonomi, patung ini hanya buang-buang uang dan dari sudut pandang hukum, patung ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi masyarakat umum,” kata Abdullah. Ia kemudian menambahkan bahwa patung itu harus diganti dengan sebuah figur Islamik. Kepala distrik Purwakarta, Dedi Mulyadi tampaknya masih memiliki 2 lagi patung yang merupakan patung bernuansa pewayangan Jawa, yang didirikan di daerah itu.
Akan tetapi menurut Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, tidak seluruh masyarakat Purwakarta menentang pembangunan patung-patung yang ditempatkan sebagai fasilitas publik tersebut.
"Sejak taman kota, ruang publik, dan kawasan diperbaiki, semakin banyak warga yang datang untuk menghabiskan waktu berolahraga, bersantai, atau sekadar berfoto. Saya yakin lebih banyak warga yang mendukung keberadaan patung dan taman-taman itu," demikian ungkap Dedi, Senin (19/9).
Pemerintah Kota Purwakarta membangun beberapa patung tokoh pewayangan seperti Bima, Gatotkaca, Arjuna, Nakula dan Semar, yang menurut Dedi dananya berasal dari sumbangan dana tokok masyarakat dan warga. Untuk itu Dedi mendorong agar aparat hukum menindak para pelaku perusakan.
Perusakan sarana umum tentu saja merupakan tindakan kriminal yang harus ditindak tegas oleh pihak aparat, terlebih lagi ini bukan peristiwa pertama. Lagipula tokoh pewayangan merupakan warisan budaya Indonesia, bahkan dalam sejarah penyebaran agama di Indonesia, tokoh pewayangan sering digunakan untuk menjangkau masyarakat terutama di pulau Jawa. Sungguh disayangkan jika akhirnya ada sekelompok masyarakat yang menyatakan dirinya masyarakat religius namun bertindak anarkis dan tidak menghargai kebudayaan yang merupakan warisan nenek moyang negeri ini.
Sumber ; Kompas.com/VM
Koran Tempo